Denial adalah bentuk perlindungan diri yang berbahaya. Terkadang, ketika mengalami situasi yang tidak menyenangkan atau sulit, kita cenderung untuk menyangkal kenyataan tersebut sebagai cara untuk menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan. Namun, jika denial dibiarkan terus menerus, hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan kehidupan sosial seseorang. Sangat penting untuk mengenali tanda-tanda denial dan mencoba mengatasi perasaan tersebut dengan cara yang lebih sehat dan konstruktif. Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda denial yang perlu Anda ketahui.
1. Menyangkal Kenyataan
Menyangkal kenyataan menjadi tanda-tanda yang paling umum dari denial. Contohnya, seseorang yang sedang merasa sakit mungkin akan menyangkal bahwa mereka sedang sakit atau merasa tidak ada masalah dengan kesehatannya, padahal gejala yang mereka rasakan sudah cukup jelas. Begitu juga dengan seseorang yang mengalami kehilangan, mereka mungkin akan menyangkal bahwa orang yang mereka cintai telah meninggal dan tidak ingin menerima kenyataan tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang tidak mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah atau kondisi yang sedang dihadapi.
2. Mencari Pembenaran
Seseorang yang mengalami denial cenderung menghindari tanggung jawab atas kesalahan atau kesalahan yang telah mereka lakukan. Mereka akan mencari pembenaran untuk tindakan atau perilaku mereka, misalnya dengan menyalahkan orang lain, keadaan, atau lingkungan. Sebagai contoh, seseorang yang sedang mengalami masalah keuangan mungkin akan menyalahkan situasi ekonomi yang sulit sebagai penyebab kesulitan mereka, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti keputusan keuangan yang buruk.
3. Menghindari Konflik
Orang yang sedang mengalami denial cenderung menghindari konfrontasi dan situasi yang memicu rasa tidak nyaman atau mengganggu kepercayaan diri mereka. Mereka mungkin akan menutup diri dan menghindari situasi yang memaksa mereka untuk menghadapi kenyataan. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami kesulitan dalam hubungan mungkin akan menghindari situasi atau pembicaraan yang memaksa mereka untuk menghadapi masalah tersebut. Mereka dapat menghindari berbicara dengan pasangan atau bahkan menghindari untuk bertemu dengannya.
4. Berpikir Bahwa Semuanya Baik-baik Saja
Berpikir bahwa semuanya baik-baik saja adalah bentuk lain dari denial di mana seseorang cenderung mengabaikan tanda-tanda atau masalah yang ada di sekitarnya. Mereka mungkin merasa bahwa tidak perlu ada tindakan yang diambil karena semuanya dianggap normal atau dalam keadaan yang baik-baik saja. Hal ini dapat terjadi karena seseorang ingin mempertahankan kenyamanan dan stabilitas yang ada dalam hidupnya, meskipun kenyataannya tidak demikian.
5. Mengalihkan Fokus
Contoh dari mengalihkan fokus adalah ketika seseorang sedang mengalami masalah dalam hubungan percintaan dan mereka menghindari topik tersebut dengan sibuk bekerja atau melakukan aktivitas yang tidak berhubungan. Mereka mungkin juga mencoba untuk memperlihatkan bahwa semuanya baik-baik saja dengan pasangannya, padahal sebenarnya ada masalah yang perlu diatasi. Hal ini bertujuan agar mereka dapat menghindari perasaan tidak nyaman atau malu akibat menghadapi kenyataan.
6. Sulit Menerima Kritik
Seseorang yang sedang mengalami denial cenderung sulit menerima kritik atau masukan dari orang lain. Mereka mungkin merasa tersinggung atau marah ketika ada yang mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan pandangan atau keyakinan mereka. Mereka juga bisa menolak untuk mempertimbangkan kritik atau masukan yang diberikan dan bahkan menganggapnya sebagai serangan terhadap diri mereka. Hal ini dapat membuat mereka lebih memilih untuk mempertahankan keyakinan atau pandangan mereka daripada membuka diri terhadap kemungkinan perubahan yang diperlukan. Akibatnya, mereka mungkin akan tetap berada dalam kondisi denial dan tidak siap menghadapi kenyataan yang sebenarnya.
Baca juga: 5 Manfaat Quality Time dengan Diri Sendiri
Sumber: https://hariancewek.com/