Memang akan terasa lain dan keren jika ada gambar yang dirajah ke kulit atau dikenal dengan istilah tato.
Walaupun sampai sekarang, khususnya di Tanah Air, masalah tato ini masih melahirkan pro dan kontra, namun tetap saja ada orang yang menggilai tato dan tidak mempedulikan opini orang yang tidak suka akan seni rajah tubuh tersebut.
Di Indonesia, beberapa tahun lalu, orang yang bertato selalu diidentikkan dengan seorang kriminal, orang jahat atau yang memiliki tabiat buruk, namun sekarang ini justru tato merupakan salah satu seni yang tidak hanya didominasi kaum laki-laki saja, melainkan sudah banyak wanita yang ikut melakukannya.
Hanya saja, jika dilihat dari segi kesehatan, ternyata ada risiko-risiko khusus yang harus dihadapi oleh orang-orang yang gemar mentato tubuhnya.
Menurut penjelasan di Mayo Clinic, setidaknya ada beberapa risiko penyakit yang harus dihadapi oleh seseorang yang suka mentato tubuhnya, seperti reaksi alergi karena jarum suntiknya atau karena tintanya terhadap kulit, infeksi kulit, inflamasi yang dikenal dengan istilah granuloma, MRSA, hepatitis B, hepatitis C, penyakit bloodborne sampai dengan kerusakan pigmen kulit.
Dan kali ini ada tambahan satu lagi risiko penyakit, khususnya bagi seseorang yang memiliki sistem imun rendah.
Dalam sebuah jurnal berjudul BMJ Case Reports, perkumpulan dokter dari Skotlandia mengatakan bahwa ada risiko serius bagi seseorang yang memiliki sistem imun rendah namun tetap memaksakan diri untuk ditato kulitnya.
Risiko yang akan dihadapi adalah munculnya putusnya jaringan otot halus pada bagian tubuh yang ditato.
Dikarenakan jaringan otot halus tersebut putus, dengan keadaan sistem imun rendah, maka infeksi penyakit akan semakin mudah didapatkan orang yang bersangkutan.
Virus yang dapat menghinggapi dari infeksi tersebut juga tidak main-main, mulai dari alergi kulit sampai dengan HIV.
Bahkan akan menjadi satu hal yang sia-sia jika orang yang bersangkutan harus menghilangkan rasa sakit akibat inflamasi, putusnya jaringan otot halus sampai dengan infeksi yang terjadi dengan obat-obatan pereda sakit. Hal itu dikarenakan sistem imunnya sudah tidak lagi seimbang.
Selain masalah di atas, menurun sebuah penelitian yang dilakukan beberapa paramedis dari Jerman mengenai nanopartikel yang terdapat pada tinta tato juga berisiko membuat masalah pada kelenjar limpa.
Disebutkan dalam penelitian tersebut bahwa tinta tato, khususnya yang berwarna hitam memiliki kontribusi besar akan kerusakan kelenjar limpa seseorang.
Ketika tinta tato sudah dimasukkan ke dalam jaringan kulit, maka secara otomatis ada nanopartikel yang terdapat didalamnya akan bergerak sampai ke kelenjar limpa.
Dikarenakan hal itulah, ada sebuah laporan bahwa kelenjar limpa seseorang yang gemar mentato tubuhnya menjadi hitam yang mana ketika diteliti ternyata banyak kandungan nanopartikel tinta tato di dalamnya.
Oleh karenanya, mentato tubuh adalah hak setiap orang dan tidak ada hukum yang melarang seseorang untuk melakukannya. Hanya saja, banyak dokter menyarankan agar orang-orang yang memiliki sistem imun rendah untuk tidak melakukannya karena potensi risiko yang didapatkan cukup besar.
Memang tidak akan sampai membuat seseorang meninggal dunia, akan tetapi akan menjadikan kesehatan orang yang bersangkutan terganggu dan bermasalah serius.